Minggu, 20 Februari 2011

Penarikan film Hollywood

Penarikan film Hollywood di bioskop Indonesia akibat mahalnya bea masuk yang diberlakukan pemerintah sejak Januari 2011 berdampak positif terhadap perkembangan sineas dalam negeri. Film-film Indonesia saat ini sudah mulai banyak diminati masyarakat, termasuk film besutan Mizan Production. Setelah meluncurkan film Laskar Pelangi,Garuda di Dadaku, juga 3 Hati,2 Dunia dan 1 Cinta, Mizan Productions kini meluncurkan film Rindu Purnama besutan sutradara Mathias Muchus.

Ketertarikan masyarakat untuk menonton film ini pun begitu tinggi. Terbukti, dalam acara nonton bareng dengan artis Rindu Purnama yang digelar Mizan Productions dan Telkomsel, Sabtu (19/2), kursi studio 2 di Bioskop 21 Palladium Plaza hampir penuh.Penontonnya tidak hanya orang tua dan remaja, tetapi juga termasuk anak-anak.

Turut hadir dalam nonton bareng tersebut, sutradara Mathias Muchus,Edwin dan pemain utama Ririn Ekawati yang berperan sebagai Sarah,juga Supervisor Community and Segmented Costumer Telkomsel,Safrul Azhar. ”Kami ingin menghadirkan film yang baik bagi masyarakat. Film ini merupakan hiburan plusplus. Artinya, masyarakat dapat hiburan dengan menonton, juga dapat inspirasi dari jalan ceritanya untuk dibawa pulang,”ujar Co Producer yang juga dari Mizan Productions Avesina Soebli,kemarin.

Dalam kesempatan itu,Mathias Muchus yang menjadi sutradara film keenam produksi Mizan ini menyebutkan, ide dari film Rindu Purnama ini dicetuskan oleh Produser Mizan Haidar Baqir. Proses pembuatan film berlangsung hampir satu tahun, sementara untuk syutingnya saja memakan waktu hingga 37 hari.”Syuting film dilakukan di lokasi-lokasi kumuh di daerah Jakarta. Proses syuting lancar, hampir tidak ada kendala.

Namun, untuk memproduksi film seperti ini,biayanya cukup mahal.Bahkan, harus mengurus izin syuting berlapis- lapis,”ujar Muchus. Film Rindu Purnama ini merupakan film pertama Mathias Muchus sebagai sutradara, setelah 30 tahun lebih berkarier sebagai aktor. Film ini bercerita tentang Purnama, 10,yang diperankan oleh Salma Paramitha, seorang anak jalanan perempuan yang tinggal di rumah singgah.

Dia terkena amnesia akibat tertabrak mobil seorang pengusaha bernama Surya,35, yang diperankan oleh Tengku Firmansyah. Setelah keluar dari rumah sakit, Purnama dibawa ke rumah Surya oleh sopirnya, namun Surya tidak suka. Karena tidak suka, Purnama memilih kabur.Surya menyesal saat mengetahui Purnama hilang. Akhirnya,Surya mencari Purnama dibimbing oleh gambar yang dibuat Purnama selama tinggal di rumahnya. Di tempat lain, Sarah,27, dan anak-anak rumah singgah pun mencari Purnama. Suatu hari, Surya bertemu Sarah.

Mereka pun akhirnya melakukan pencarian bersama. Selama itulah Surya dan Sarah menjadi dekat. KeakrabanSarahdanSurya membuat Moique,30,diperankan oleh Titi Sjuman,yang merupakan anak pemilik perusahaan tempat Surya bekerja cemburu. Ia kemudian berencana menghancurkan kebahagiaan anakanak rumah singgah dan Sarah.Surya galau saat mengetahui perusahaannya akan menggusur kawasan tempat rumahsinggahberada.ProblemaSurya dan kegigihan Sarah dan keluguan Purnama menjadi daya tarik dalam film ini.”Film ini pada intinya bukan untuk menjual kemiskinan, tetapi berpesan tentang moral yang diwakili oleh sosok Surya,”tutur Muchus.

Supervisor Community and Segmented Costumer Telkomsel Safrul Azhar menyebutkan,mereka akan terus berupaya untuk mendukung perkembangan dunia perfilman Indonesia.”Kita akan terus mendukung film nasional,”tandasnya. Demikian catatan online Blogger Indonesia tentang Penarikan film Hollywood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar